Sabtu, 17 September 2011

Abakus


Abakus merupakan alat hitung yang telah ada pada zaman kuno kurang lebih sekitar 5000 tahun yang lalu dan biasa digunakan oleh bangsa Romawi Kuno dan Yunani Kuno. Abcaus terbuat dari dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi manik-manik yang bisa digeser-geserkan. Alat hitung ini diberi nama “Abacus” pada tahun 1387.

Abakus menjadi Mental Aritmetika

Operasi perhitungan aritmetika yang asalnya hanya dengan cara menaik turunkan biji manik-manik dengan tangan secara nyata, kemudian berkembang menjadi metode yang dikenal dengan mental aritmetika (MA). Melalui metode ini, proses perhitungan dilakukan dengan cara membayangkan menaikturunkan biji manik-manik dalam imajinasinya. Oleh karena itu, manik-manik hanya digunakan sebagai alat bantu awal, selanjutnya anak dapat berhitung di luar kepala. Pembentukan ini dilakukan dengan latihan-latihan. Bagi anak yang berlatih metode ini, berhitung menjadi suatu bentuk permainan dengan tanpa dibebani membayangkan angka.

Manik-manik ditemukan sebagai alat yang sedikit kendalanya untuk dibayangkan dalam memori singkat anak, karena relatif mempunyai alternatif angka yang hanya satu saja. Bila menggunakan abakus Cina 2-5, anak akan sulit membayangkan angka tertentu, misalnya sepuluh (10). Angka tersebut dalam abakus Cina dapat digambarkan dengan tiga alternatif; dengan dua biji di atas yang bernilai lima, atau satu di atas (bernilai lima) dan lima biji di bawah, atau dengan satu biji di tiang berikut tiang yang mewakili puluhan. Dengan demikian abakus Cina tidak dapat dibayangkan dengan mudah, karena alternatif-alternatif tersebut menyulitkan memori anak. Jadi hanya abakus Jepanglah yang dapat digunakan untuk di memori dalam waktu singkat dan sangat sederhana. Karena itulah alasan kenapa hanya abakus 1-4 saja yang berkembang dalam mental aritmetika.

Masing-masing model abakus memiliki keunggulan atau kekhasan dalam cara menghitung. Abakus Cina dikenal karena kecepatan penggunanya dalam transaksi perdagangan. Abakus Rusia setiap tiangnya memiliki sepuluh biji yang bernilai satuan, sehingga tidak ada salah satu biji yang memiliki nilai lebih dari satu, seperti satu biji di atas dalam abakus Cina dan Jepang sebagai angka bernilai lima. Sedangkan abakus Jepang (manik-manik) memiliki keunggulan dapat digunakan dalam mental aritmetika atau berhitung di luar kepala setelah berlatih dengan manik-manik yang cukup. Atau juga dahulu disebut orang dengan istilah mencongak.


2 komentar:

abstracr mengatakan...

BAGUUUUSSS DAHH.

fiya mengatakan...

ok, bagus. sertakan daftar pustakanya ya..

#fty

Posting Komentar